Jumat, 22 Agustus 2008

Jalan Sunyi


bagi Bintang Sidemen

tanah adalah kekasih, tanpa batas terakhir
tanah adalah kekasih sebuah tempat
yang basah oleh tumpahan minyak tubuh di mana kau
dan aku bertani dalam diri
sampai tumbuhlah pohon kemiskinan dan dengan satu pohon
tumbuh dalam diri dunia hijau lahir melayati hidup
mengalir dalam darah sungai yang airnya pahit
memadamkan anyir malam api yang bergegas,
tersembunyi nyeri di tengah nyali
ikan-ikan dari terumbu waktu, berenang dalam akuarium hati
sapi-sapi berladang dalam jiwa
membajak tanah kasih sayang dalam ibadah
terima kasih angin dan bulan merencanakan musim hujan
dan matahari menyusun warna dalam diriku-dirimu tumbuh pelangi
kau dan aku beternak puisi
menggembalakan jasmani-rohani
dalam pelaminan paling hening
jalan ini sunyi! kengerian menghujam dari ke dua sisinya jalan ini sendiri: bagimu bagiku. sebab kau sebab aku
berani memilihnya berani dipilihnya
selat dangkal
lantaran surut laut
tangan membelalang menikam pilu
dengan mata keris dan tombak ikan diujungnya
matahari muncul dari timur
laut tenggelam ke telapak tangan
mengantar kabar yang dicintai manusia: sengatan yang dikenal bunga ilalang bintang pagi bulan sabit : menjadi cahaya
tanah adalah kekasih: sebuah hutan sebuah gurun
di mana kau dan aku takkan kehilangan salib nasib


Tidak ada komentar: